Randai, Kesenian Tradisional Sumatera Barat
September 29, 2019
Edit
Randai, Kesenian Tradisional Sumatera Barat | TradisiKita - Randai adalah salah satu bentuk kesenian Sumatera Barat yang menggabungkan seni lagu, musik, seni tari, drama dan silat menjadi satu.
Randai yang merupakan bentuk permainan tradisional di Minangkabau ini, dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian.
Bisa dikatakan kesenian Randai ini juga merupakan teater tradisional rakyat Minangkabau, yang tumbuh, hidup dan berkembang di lingkungan masyarakat di Nagari-Nagari dalam wilayah Minangkabau di Sumatera Barat.
Untuk Sobat Tradisi yang penasaran dengan Randai, kali ini TradisiKita akan mengulas mengenai Randai, kesenian tradisional Sumatera Barat. Simak penjelasannya dibawah ini :
Unsur yang kedua, unsur laku dan gerak atau tari yang dibawakan melalui galombang yang bersumber dari gerakan silat tradisi Minang dengan berbagai variasi sesuai dengan gaya silat di masing-masing daerah.
Sebagai sebuah pertunjukan teater tradisional, kesenian Randai dimainkan oleh beberapa orang berkelompok atau beregu, dituntun oleh seorang janang. Biasanya para pemain Randai membawakan cerita yang diambil dari kenyataan hidup yang ada di masyarakat.
Beberapa cerita populer yang sering dibawakan meliputi Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga dan lain sebagainya. Kesenian ini difungsikan sebagai hiburan yang biasa diadakan dalam pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri.
Pada awalnya Semua pemeran dalam teater Randai adalah laki-laki. Bila ada tokoh perempuan dalam cerita, maka akan dimainkan oleh laki-laki. Pemeran tokoh wanita dipilih menurut bentuk fisik. Pemeran tokoh wanita haruslah terlihat catik ketika memerankan tokoh tersebut. Laki-laki yang memerankan tokoh wanita bukanlah waria, pada saat berdialogpun tidak merubah suaranya menjadi suara perempuan, tapi kostum dan riasnya adalah perempuan. Pemeran tokoh perempuan biasanya menjadi primadona dalam pertunjukan Randai, namun pada perkembangannya Randai dapat dimainkan oleh segala kalangan.
Sumber cerita atau kisah yang diangkat adalah kaba/cerita rakyat yang lama hidup dalam masyarakat Minang yang bertemakan budi pekerti, malu, susila, pendidikan dan menanamkan kesadaran berbangsa. Salah satu Kaba yang terkenal adalah Kaba Anggun Nan Tonga Magek Jabang yang dianggap sebagai puncak dari semua kaba.
Pertunjukan randai berkembang dengan baik di daerah Luhak limapuluh Koto. Di wilayah ini tradisi bakaba berkembang secara luas dan tertanam dalam kehidupan masyarakat. Dari Luhak Limapuluh Koto inilah randai berkembang dan menyebar ke daerah lain di Sumatera Barat. Bahkan hingga ke Jambi dan Riau.
Adapun bentuk lingkaran dalam pertunjukan kesenian Randai merupakan simbol filosofis yang mengandung makna tentang persatuan, keterbukaan, dan perpaduan antara manusia dengan lingkaran atau alur kosmos.
Dalam pertunjukan randai, cerita-cerita dikisahkan secara periodik dengan alur maju, dimana cerita dibagi menjadi beberapa bagian, setiap bagian terbagi atas beberapa adegan atau legaran dan setiap adegan menampilkan dialog-dialog antar pelaku. Dialog tersebut diselipi dengan nasihat, kritik sosial, dan humor. Diantara adegan tersebut di tampilkan dendang dengan diiringi tari.
Randai yang merupakan bentuk permainan tradisional di Minangkabau ini, dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian.
Bisa dikatakan kesenian Randai ini juga merupakan teater tradisional rakyat Minangkabau, yang tumbuh, hidup dan berkembang di lingkungan masyarakat di Nagari-Nagari dalam wilayah Minangkabau di Sumatera Barat.
Baca Juga
Untuk Sobat Tradisi yang penasaran dengan Randai, kali ini TradisiKita akan mengulas mengenai Randai, kesenian tradisional Sumatera Barat. Simak penjelasannya dibawah ini :
Bentuk Kesenian Randai
Sebagai sebuah karya seni, setidaknya ada dua unsur pokok dalam kesenian Randai. Pertama, unsur penceritaan (kaba) yang dipaparkan melalui gurindam, dendang dan lagu dengan diiringi oleh alat musik tradisional Minang seperti salung, rebab, bansi, rebana dan lain-lain.Sebagai sebuah pertunjukan teater tradisional, kesenian Randai dimainkan oleh beberapa orang berkelompok atau beregu, dituntun oleh seorang janang. Biasanya para pemain Randai membawakan cerita yang diambil dari kenyataan hidup yang ada di masyarakat.
Beberapa cerita populer yang sering dibawakan meliputi Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga dan lain sebagainya. Kesenian ini difungsikan sebagai hiburan yang biasa diadakan dalam pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri.
Sejarah dan Asal Usul Randai
Sejarah randai cukup panjang, pada masa-masa awal kesenian randai menjadi salah satu sarana untuk membantu komunikasi pesan penting untuk masyarakat dan penduduk Minangkabau setempat. Asal usul kata randai sendiri berasal dari sebuah kata yaitu merandai/malinka yang mempunyai arti membentuk lingkaran. Makna lain dari kata randai adalah ber(h)andai yang artinya berkeinginan, bertutur dengan menggunakan kalimat-kalimat kiasan atau kata-kata yang samar (Ediruslan Pe Amanriza dan Hasan Junus, 1993: 111).Pada awalnya Semua pemeran dalam teater Randai adalah laki-laki. Bila ada tokoh perempuan dalam cerita, maka akan dimainkan oleh laki-laki. Pemeran tokoh wanita dipilih menurut bentuk fisik. Pemeran tokoh wanita haruslah terlihat catik ketika memerankan tokoh tersebut. Laki-laki yang memerankan tokoh wanita bukanlah waria, pada saat berdialogpun tidak merubah suaranya menjadi suara perempuan, tapi kostum dan riasnya adalah perempuan. Pemeran tokoh perempuan biasanya menjadi primadona dalam pertunjukan Randai, namun pada perkembangannya Randai dapat dimainkan oleh segala kalangan.
Sumber cerita atau kisah yang diangkat adalah kaba/cerita rakyat yang lama hidup dalam masyarakat Minang yang bertemakan budi pekerti, malu, susila, pendidikan dan menanamkan kesadaran berbangsa. Salah satu Kaba yang terkenal adalah Kaba Anggun Nan Tonga Magek Jabang yang dianggap sebagai puncak dari semua kaba.
Pertunjukan randai berkembang dengan baik di daerah Luhak limapuluh Koto. Di wilayah ini tradisi bakaba berkembang secara luas dan tertanam dalam kehidupan masyarakat. Dari Luhak Limapuluh Koto inilah randai berkembang dan menyebar ke daerah lain di Sumatera Barat. Bahkan hingga ke Jambi dan Riau.
Fungsi Tari Randai
Fungsi randai hiburan masyarakat biasanya yang diadakan pada saat pesta rakyat, pesta menuai padi, upacara perkahwinan dan adat istiadat lain atau pada hari raya Idul Fitri. Untuk mempertebal rasa ketradisian juga memberi kesempurnaan terhadap adat istiadat Minangkabau itu sendiri, sarana Aspirasi dan Media Informasi.Pertunjukan Randai
Pertunjukan atau pementasan kesenian Randai biasanya diselenggarakan oleh sebuah kepanitiaan. Susunan kepanitaan kesenian Randai antara lain:- Penghulu, bertugas sebagai pelindung
- Pangkatuo, yaitu ketua kelompok
- Guru Tuo Silek, bertugas memimpin dan menangani urusan silat
- Guru Tuo Dendang, bertugas menjadi pelatih dendang
- Anak Randai, para pemai Randai yang terdiri dari Pambalok Galombang, pambalok Gurindam, Pambalok Curito, dan pemain musik.
Adapun bentuk lingkaran dalam pertunjukan kesenian Randai merupakan simbol filosofis yang mengandung makna tentang persatuan, keterbukaan, dan perpaduan antara manusia dengan lingkaran atau alur kosmos.
Alur Cerita Dalam Randai
Dalam pertunjukan randai, cerita-cerita dikisahkan secara periodik dengan alur maju, dimana cerita dibagi menjadi beberapa bagian, setiap bagian terbagi atas beberapa adegan atau legaran dan setiap adegan menampilkan dialog-dialog antar pelaku. Dialog tersebut diselipi dengan nasihat, kritik sosial, dan humor. Diantara adegan tersebut di tampilkan dendang dengan diiringi tari.
- Dendang, nyanyian atau Simaratang : Pada mulanya alur cerita dalam randai dilakukan lewat nyanyian, sajak, yang berfungsi untuk menceritakan isi cerita yang akan ditampilkan.
- Dayang Dayni atau gurindam persembahan: setelah selesai Simaratang lalu mereka duduk jengkang dalam lingkaran, lalu terdengar suara gurindam bersahut-sahutan. Gurindam persembahan (Dayang Dayni) dalam randai merupakan persembahan sebagai salam kepada penonton dan pertanda randai di mulai. Merupakan salam anak randai dalam gelombang. Gelombang Pemain berdiri dalam posisi pitunggua serong (sikap pasang kuda-kuda). Setelah lingkaran terbentuk, maka adegan randai siap dimainkan. Para pemain menari di sekeliling lingkaran sambil bernyanyi dan bertepuk ke tengah lingkaran serta memukul pisak kaki celana dengan kuat.
- Titik puncak terjadinya klimaks randai adalah pada saat adegan konflik antara tokoh yang membawa kebenaran dengan tokoh yang menentang kebenaran. Adekan selanjutnya adalah bagian penyelesaian.
- Simarantang tinggi atau gurindam penutup: Dendang yang disampaikan untuk menutup cerita. Alur cerita tersebut tertata secara teratur mulai dari awal sampai akhir sehingga penonton dapat lebih mudah memahami pesan atau makna yang mendalam dalam setiap bagiannya.
Unsur Kesenian dalam Randai
Seperti yang sudah disampaikan diatas, bahwa kesenian randai ini memiliki beberapa unsur seni didalamnya, seperti unsur tari, dendang, seni suara, sastra, kerawitan (musik tradisional) dan pementasan.
1. Unsur Tari
Unsur tari, yang berfungsi sebagai pelengkap nyanyian yang didendangkan gerak-geriknya selaras dengan alunan bunyi dan gerak tarinya diambil dari gerakan seni beladiri silat silat atau bisa disebut dengan silek di daerah Minangkabau.
2. Unsur Dendang
Unsur dendang, dinyanyikan dalam beberapa adegan untuk menyambung cerita yang terpotong. Dendang berfungsi sebagai pengatur cerita dan untuk menyambung cerita yang terpotong (terdiri dari lima legaran). Sesudah lima legaran, dendang masuk kegiatan yaitu:
- Untuk persembahan.
- Mengatur adegan
- Penyampaian cerita
- Pembentuk cerita
- Penutup cerita
3. Seni Suara
Unsur seni suara, dibawakan dalam setiap adegan dalam Randai, dimainkan dengan beberapa orang lakon yaitu 12 sampai 20 orang.
4. Unsur Sastra
Unsur sastra: berupa cerita yang dibawakan dalam randai, bersumber dari kaba atau cerita rakyat Minangkabau, disampaikan dalam bahasa Minangkabau. Cerita dalam pertunjukan randai memegang peranan penting karena cerita merupakan inti pertunjukan, sehingga unsur-unsur lain dalam pertunjukan randai menyesuaikan dengan jalan cerita yang ada. Semua gerakan randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di antaranya, yang disebut dengan janang.
5. Unsur Kerawitan (musik tradisional)
Unsur kerawitan (Musik tradisional) yang melengkapi permainan randai, alat musik yang sering digunakan adalah: (Saluang, Talempong dan Pupuik batang padi).
- Saluang adalah alat musik yang ditiup untuk memainkannya dan terbuat dari bambu tipis atau talang, hampir mirip seperti seluring tetapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm.
- Talempong adalah seperangkat alat musik yang terdiri dari beberapa gong kecil. Alat musik tradisional ini, bentuknya sama dengan bonang khas Jawa dalam perangkat gamelan. Talempong terbuat dari kuningan dan ada juga yang terbuat dari kayu dan batu. Tetapi saat ini Talempong banyak yang terbuat dari kuningan. Cara memainkannya dipukul.
- Pupuik batang padi merupakan alat musik tiup yang sesuai namanya terbuat dari batang padi yang sudah tua dan berbuku. Cara membuatnya pun cukup simpel dan sederhana. hanya bermodalkan batang padi yang sudah tua. di pangkal buku batang padi dipecah dengan hati-hati. ditambahkan aksesoris gulungan daun pandan atau daun kelapa supaya membentuk corong terompet. Lengkingan pupuik (puput) batang padi yang telah ditambahkan gulungan daun pandan atau kelapa tadi akan meghasilkan bunyi atau lengkingan yang cukup kuat.
6. Unsur Pementasan
Pementasan kesenian Randai biasanya diselenggarakan oleh sebuah kepanitiaan. Susunan kepanitaan kesenian Randai antara lain:
- Penghulu, bertugas sebagai pelindung
- Pangkatuo, yaitu ketua kelompok
- Guru Tuo Silek, bertugas memimpin dan menangani urusan silat
- Guru Tuo Dendang, bertugas menjadi pelatih dendang
- Anak Randai, para pemai Randai yang terdiri dari Pambalok Galombang, pambalok Gurindam, Pambalok Curito, dan pemain musik.
Kesenian Randai biasanya digelar setelah panen atau dalam peringatan peristiwa-peristiwa tertentu. Kesenian Randai melengkapi kebudayaan Minangkabau yang terkenal dengan sistem matrilinial dan tradisi merantau. Bentuk lingkaran dalam pertunjukan kesenian Randai merupakan simbol filosofis yang mengandung makna tentang persatuan, keterbukaan, dan perpaduan antara manusia dengan lingkaran atau alur kosmos.
Demikian Sobat Tradisi, Informasi mengenai Randai, kesenian tradisional Sumatera Barat. Semoga bermanfaat.
Referensi :