Sejarah Kerajaan Singasari
September 19, 2018
Edit
Sejarah Kerajaan Singasari | TradisiKita - Singasari adalah nama dari sebuah daerah yang terletak di sebelah timur Gunung Kawi di hulu sungai Brantas. Saat ini daerah tersebut termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Malang di Propinsi Jawa Timur Indonesia.
Kerajaan Singasari (Hanacaraka: ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦱꦶꦔ꧀ꦲꦱꦫꦶ ) atau sering pula ditulis Singhasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singasari, Malang. Bagaimana sejarah Singasari ini?
Baru kemudian pada tahun 1254 Masehi, wilayah tersebut diganti nama dengan nama Singasari oleh cucunya yang bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singasari menjadi kota kerajaan yang menguasai wilayah Jawa bagian Timur dari tahun 1222 sampai 1292 Masehi.
Kerajaan Singasari memiliki keterkaitan dengan kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Nararya Sanggramawijaya pada tahun 1293 Masehi. Sanggramawijaya atau yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai Raden Wijaya adalah cucu dari Narasingamurti dan menantu dari Raja Kertanegara. Kertanegara adalah raja Singasari terakhir yang meninggal terbunuh dalam peperangan melawan tentara pemberontak yang mengatas namakan Kerajaan Kediri di bawah pimpinan Jayakatwang.
Raden Wijaya secara resmi menjadi raja Majapahit setelah berhasil mengalahkan tentara Jayakatwang yang telah merebut Singasari. Raden Wijaya melakukannya dengan bantuan tentara Tartar dari China yang awalnya datang ke Jawa untuk tujuan menaklukkan Singasari yang ternyata sudah terlebih dahulu diruntuhkan oleh Jayakatwang.
Kisah tentang kerajaan Singasari, pertama kali disiarkan dalam karya J.L.A. Brandes, Pararaton of het boek der konigen van Tumapel en van Majapahit uitgegeven en toegelicht, di tahun 1896. Dalam karya tersebut J.L.A. Brandes membahas tentang kisah pendiri Singasari sebagaimana tertulis di dalam Serat Pararaton atau yang juga disebut sebagai Katuturanira Ken Arok. Dimulai dengan cerita tentang Ken Arok yang kemudian menjadi pendiri kerajaan Tumapel dan mengambil nama abhiseka Rajasa Sang Amurwabhumi setelah mengalahkan Raja Kertajaya dari Kediri. Sejak saat itu, cerita Ken Arok mulai dikenal di lingkungan kesejarahan Indonesia.
Pararaton adalah manuskrip jawa kuno yang ditulis dalam bentuk dongeng yang berbeda dengan bentuk tulisan sejarah. Oleh karena itu beberapa ahli sejarah menolak kebenaran naskah tersebut. Namun, perlu diperhatikan bahwa cerita itu tidak diperuntukkan bagi para ahli sejarah, melainkan bagi masyarakat Jawa Kuno yang pada saat itu banyak mendapat pengaruh dari kepercayaan Hindu. Maka dengan sendirinya, manuskrip tersebut dikisahkan sesuai dengan alam pikiran masyarakat yang membacanya.
Ajaran hinduisme, meliputi diantaranya dewa-dewa, titisan, karma dan yoga. Ajaran itu mempengaruhi alam pikiran masyarakat Jawa dan kesusasteraannya. Pararaton adalah hasil sastra dari zaman itu, maka dengan sendirinya sastra Pararaton juga bersudut pandang ajaran Hinduisme.
Prestasi dari Ken Arok adalah memunculkan dinasti baru yaitu Dinasti Rajasa atau Girindra. Setelah 5 tahun menjadi Raja, Ken Arok digantikan oleh Anusapati. Anusapati membunuh Ken Arok dengan menyuruh orang suruhan. Anusapati sendiri adalah anak dari Ken Dedes yang merupakan anak tiri Ken Arok (1222 – 1227).
Kematian Ken Arok kemudian menghasilkan pengangkatan Anusapati sebagai Raja Singasari. Anusapati memimpin kerajaan Singasari selama 21 tahun lamanya. Sayangnya, tidak banyak prestasi yang diraih Anusapati sebagai raja karena kebiasaanya menghabiskan waktu untuk menyabung ayam.
Raja selanjutnya yaitu Tohjoyo yang merupakan anak dari Ken Arok dan Ken Umang kemudian membunuh Anusapati. Tohjoyo telah mengetahui peristiwa dibalik kematian ayahnya. Oleh karena itu, dia mengundanng Anusapati untuk adu ayam di rumahnya dan membunuh Anusapati dengan keris Empu Gandring. Setelah itu Anusapati (1227 – 1248) mati dan digantikan oleh Tohjoyo.
Tohjoyo pun berhasil menduduki tahta sebagai raja dari kerajaan Singasari setelah membunuh Anusapati. Sayangnya masa pemerintahan Tohjoyo tidak bertahan lama. Ranggawuni yang merupakan anak dari Anusapati kemudian membalas kematian Ayahnya dengan menggulingkan kekuasaan Tohjoyo. Ranggawuni pun berhasil menduduki tahta kerajaan Singasari menggantikan Tohjoyo (1248).
Setelah Tohjoyo berhasil digulingkan, Ranggawuni pun naik tahta menjadi raja keempat dari kerajaan Singasari. Kejayaan Ranggawuni bertahan selama 20 tahun lamanya. Gelar dari Ranggawuni adalah Sri Jaya Wisnuwardana. Menurut sejarah yang dituliskan, di bawah pemerintahan Ranggawuni rakyat dari kerajaan Singasari hidup tentram dan sejahtera.
Selama masa kejayaannya pun Ranggawuni tidak lupa mempersiapkan anaknya Kertanegara sebagai penerus tahtanya. Sejak tahun 1254, Kertanegara telah diangkat menjadi Raja Muda. Akhirnya di tahun 1268 Wisnuwardana meninggal dunia (1248 – 1268).
Raja terakhir kerajaan Singasari adalah Kertanegara. Kertanegara menjabat selama 24 tahun dan dinobatkan sebagai raja dengan kekuasaan dan prestasi terbanyak dari kerajaan Singasari. Kertanegara sebenarnya memiliki tujuan untuk memperluas Kerajaan Singasari hingga ke seluruh nusantara.
Gelar raja dari Kertanegara adalah Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Pada masa pemerintahannya, Kertanegara memiliki tiga mahamentri, mereka adalah mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan juga mahamentri i sirikan. Pada masa itu Kertanegara berhasil menguasai pulau Jawa dan berniat meluaskan kekuasaannya hingga ke Melayu. Di tahun 1257 kerajaan Singasari berhasil menguasai kerajaan Melayu melalui ekspedi Pamalayu.
Selanjutnya, Kertanegara pun berhasil menguasai daerah selat Malaka, Sunda, Bali, Bakulapura, dan Gurun di Maluku. Masa kejayaan Kertanegara pun menghadapi masalah ketika Kertanegara tidak ingin mengakui kekuasaan dari Kublai Khan (Dinasti Mongol).
Kublai Khan pun mengirimkan pasukannya untuk menghancurkan Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Jayakatwang yang merupakan anak dari Kertajaya (Raja Kerajaan Kediri) untuk mengambil alih kekuasaan. Jayakatwang membunuh Kertanegara dan seluruh pembesar istana pada suatu acara pesta. Maka gugurlah Kertanegara (1268 – 1292). Karena itu kerajaan Singasari pun runtuh dan menjadi kerajaan baru di bawah kekuasaan Jayakatwang.
Berikut ini rangkuman raja-raja yang memerintah kerajaan singosari versi Pararaton dan kitab Negarakertagama :
Kerajaan Singasari (Hanacaraka: ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦱꦶꦔ꧀ꦲꦱꦫꦶ ) atau sering pula ditulis Singhasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singasari, Malang. Bagaimana sejarah Singasari ini?
Sejarah Kerajaan Singasari / Singhasari / Singosari
a. Berdirinya Kerajaan Singasari
Pada abad ke-13, Singasari hanya merupakan sebuah desa kecil yang tidak berarti. Keadaan ini lambat laun berubah bertepatan dengan munculnya seorang pemuda bernama Ken Arok dari desa Pangkur, yang berhasil merebut daerah tersebut dari wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri yang saat itu diperintah oleh Raja Kertajaya pada tahun 1222 Masehi. Sejak saat itu ia mendirikan kerajaan yang berpusat di desa Kutaraja serta mengambil nama gelar kebangsawanan sebagai Rajasa Sang Amurwabhumi.Baru kemudian pada tahun 1254 Masehi, wilayah tersebut diganti nama dengan nama Singasari oleh cucunya yang bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singasari menjadi kota kerajaan yang menguasai wilayah Jawa bagian Timur dari tahun 1222 sampai 1292 Masehi.
Kerajaan Singasari memiliki keterkaitan dengan kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Nararya Sanggramawijaya pada tahun 1293 Masehi. Sanggramawijaya atau yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai Raden Wijaya adalah cucu dari Narasingamurti dan menantu dari Raja Kertanegara. Kertanegara adalah raja Singasari terakhir yang meninggal terbunuh dalam peperangan melawan tentara pemberontak yang mengatas namakan Kerajaan Kediri di bawah pimpinan Jayakatwang.
Raden Wijaya secara resmi menjadi raja Majapahit setelah berhasil mengalahkan tentara Jayakatwang yang telah merebut Singasari. Raden Wijaya melakukannya dengan bantuan tentara Tartar dari China yang awalnya datang ke Jawa untuk tujuan menaklukkan Singasari yang ternyata sudah terlebih dahulu diruntuhkan oleh Jayakatwang.
Kisah tentang kerajaan Singasari, pertama kali disiarkan dalam karya J.L.A. Brandes, Pararaton of het boek der konigen van Tumapel en van Majapahit uitgegeven en toegelicht, di tahun 1896. Dalam karya tersebut J.L.A. Brandes membahas tentang kisah pendiri Singasari sebagaimana tertulis di dalam Serat Pararaton atau yang juga disebut sebagai Katuturanira Ken Arok. Dimulai dengan cerita tentang Ken Arok yang kemudian menjadi pendiri kerajaan Tumapel dan mengambil nama abhiseka Rajasa Sang Amurwabhumi setelah mengalahkan Raja Kertajaya dari Kediri. Sejak saat itu, cerita Ken Arok mulai dikenal di lingkungan kesejarahan Indonesia.
Pararaton adalah manuskrip jawa kuno yang ditulis dalam bentuk dongeng yang berbeda dengan bentuk tulisan sejarah. Oleh karena itu beberapa ahli sejarah menolak kebenaran naskah tersebut. Namun, perlu diperhatikan bahwa cerita itu tidak diperuntukkan bagi para ahli sejarah, melainkan bagi masyarakat Jawa Kuno yang pada saat itu banyak mendapat pengaruh dari kepercayaan Hindu. Maka dengan sendirinya, manuskrip tersebut dikisahkan sesuai dengan alam pikiran masyarakat yang membacanya.
Ajaran hinduisme, meliputi diantaranya dewa-dewa, titisan, karma dan yoga. Ajaran itu mempengaruhi alam pikiran masyarakat Jawa dan kesusasteraannya. Pararaton adalah hasil sastra dari zaman itu, maka dengan sendirinya sastra Pararaton juga bersudut pandang ajaran Hinduisme.
Candi Singosari di Jawa Timur |
b. Raja - Raja Yang Memerintah Singasari
Prestasi dari Ken Arok adalah memunculkan dinasti baru yaitu Dinasti Rajasa atau Girindra. Setelah 5 tahun menjadi Raja, Ken Arok digantikan oleh Anusapati. Anusapati membunuh Ken Arok dengan menyuruh orang suruhan. Anusapati sendiri adalah anak dari Ken Dedes yang merupakan anak tiri Ken Arok (1222 – 1227).
Kematian Ken Arok kemudian menghasilkan pengangkatan Anusapati sebagai Raja Singasari. Anusapati memimpin kerajaan Singasari selama 21 tahun lamanya. Sayangnya, tidak banyak prestasi yang diraih Anusapati sebagai raja karena kebiasaanya menghabiskan waktu untuk menyabung ayam.
Raja selanjutnya yaitu Tohjoyo yang merupakan anak dari Ken Arok dan Ken Umang kemudian membunuh Anusapati. Tohjoyo telah mengetahui peristiwa dibalik kematian ayahnya. Oleh karena itu, dia mengundanng Anusapati untuk adu ayam di rumahnya dan membunuh Anusapati dengan keris Empu Gandring. Setelah itu Anusapati (1227 – 1248) mati dan digantikan oleh Tohjoyo.
Tohjoyo pun berhasil menduduki tahta sebagai raja dari kerajaan Singasari setelah membunuh Anusapati. Sayangnya masa pemerintahan Tohjoyo tidak bertahan lama. Ranggawuni yang merupakan anak dari Anusapati kemudian membalas kematian Ayahnya dengan menggulingkan kekuasaan Tohjoyo. Ranggawuni pun berhasil menduduki tahta kerajaan Singasari menggantikan Tohjoyo (1248).
Setelah Tohjoyo berhasil digulingkan, Ranggawuni pun naik tahta menjadi raja keempat dari kerajaan Singasari. Kejayaan Ranggawuni bertahan selama 20 tahun lamanya. Gelar dari Ranggawuni adalah Sri Jaya Wisnuwardana. Menurut sejarah yang dituliskan, di bawah pemerintahan Ranggawuni rakyat dari kerajaan Singasari hidup tentram dan sejahtera.
Selama masa kejayaannya pun Ranggawuni tidak lupa mempersiapkan anaknya Kertanegara sebagai penerus tahtanya. Sejak tahun 1254, Kertanegara telah diangkat menjadi Raja Muda. Akhirnya di tahun 1268 Wisnuwardana meninggal dunia (1248 – 1268).
Raja terakhir kerajaan Singasari adalah Kertanegara. Kertanegara menjabat selama 24 tahun dan dinobatkan sebagai raja dengan kekuasaan dan prestasi terbanyak dari kerajaan Singasari. Kertanegara sebenarnya memiliki tujuan untuk memperluas Kerajaan Singasari hingga ke seluruh nusantara.
Gelar raja dari Kertanegara adalah Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Pada masa pemerintahannya, Kertanegara memiliki tiga mahamentri, mereka adalah mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan juga mahamentri i sirikan. Pada masa itu Kertanegara berhasil menguasai pulau Jawa dan berniat meluaskan kekuasaannya hingga ke Melayu. Di tahun 1257 kerajaan Singasari berhasil menguasai kerajaan Melayu melalui ekspedi Pamalayu.
Selanjutnya, Kertanegara pun berhasil menguasai daerah selat Malaka, Sunda, Bali, Bakulapura, dan Gurun di Maluku. Masa kejayaan Kertanegara pun menghadapi masalah ketika Kertanegara tidak ingin mengakui kekuasaan dari Kublai Khan (Dinasti Mongol).
Kublai Khan pun mengirimkan pasukannya untuk menghancurkan Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Jayakatwang yang merupakan anak dari Kertajaya (Raja Kerajaan Kediri) untuk mengambil alih kekuasaan. Jayakatwang membunuh Kertanegara dan seluruh pembesar istana pada suatu acara pesta. Maka gugurlah Kertanegara (1268 – 1292). Karena itu kerajaan Singasari pun runtuh dan menjadi kerajaan baru di bawah kekuasaan Jayakatwang.
Berikut ini rangkuman raja-raja yang memerintah kerajaan singosari versi Pararaton dan kitab Negarakertagama :
Versi Pararaton
- Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)
- Anusapati (1247 - 1249)
- Tohjaya (1249 - 1250)
- Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)
- Kertanagara (1272 - 1292)
Versi Nagarakretagama
- Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 - 1227)
- Anusapati (1227 - 1248)
- Wisnuwardhana (1248 - 1254)
- Kertanagara (1254 - 1292)
c. Masa Kejayaan Kerajaan Singasari
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1272 - 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.
d. Keruntuhan Kerajaan Singasari
Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelanggelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh.
Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kerajaan Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.