Ragam Motif Batik Pekalongan

Ragam Motif Batik Pekalongan | TradisiKita - Batik Pekalongan adalah salah satu batik tertua dan terkenal di Indonesia. Selain itu Batik Pekalongan memiliki ciri khas yang berbeda dari batik lainnya di Indonesia.

Salah satu kekuatan batik pekalongan adalah warnanya yang cerah dan desainnya yang atraktif, membuat batik ini mudah di sukai. Batik Pekalongan tak hanya cocok untuk acara formal, dalam acara santai pun anda tetap bisa menggunakan batik Pekalongan. Batik Pekalongan memiliki desain yang berbeda jika di bandingkan dengan daerah lainnya. Meskipun hampir mirip dengan batik Yogyakarta dan batik solo, namun corak dan ornamennya berbeda.

Pada kesempatan ini kita akan mengenal lebih jauh tentang Batik Pekalongan, mulai dari sejarah batik pekalongan hingga ragam corak batik pekalongan.

Batik Pekalongan

Kota pekalongan memiliki julukan kota batik pekalongan, hingga membuat kota tersebut masuk kedalam jaringan kota kreatif oleh UNESCO dalam kategori crafts & folk art pada akhir tahun 2014 serta mempunyai city branding yaitu World's city of Batik.

Ragam Motif Batik Pekalongan
increfest.com

Sejarah Batik Pekalongan

Sejarah Batik Pekalongan tidak tercatat secara resmi kapan mulai dikenal di Pekalongan, namun berdasarkan perkiraan batik ini sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut informasi yang tercatat di Disperindag, pola batik itu ada yang dibuat 1802, seperti pola pohon kecil berupa bahan baju.

Perkembangan batik pekalongan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur serta Barat. Kemudian di daerah – daerah baru tersebut para keluarga serta pengikutnya mengembangkan batik.

Ke timur batik Solo serta Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya serta Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon serta Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota serta daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.

Bertemunya masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Tiongkok, Belanda, Arab, Asia, Melayu serta Jepang pada zaman lampau mampu mewarnai dinamika pada desain dan pola serta tata warna seni batik di Pekalongan.

Oleh karena itu beberapa jenis pola batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik pekalongan. Beberapa motif batik Pekalongan yang dipengaruhi budaya bangsa lain yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri Asia serta Arab. Lalu batik Encim serta Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Tiongkok. Batik Belanda, batik Pagi Uncomfortable, serta batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.

Perkembangan budaya teknik cetak batik tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.

Motif Batik Pekalongan

Dari banyaknya motif batik di Indonesia, Seperti batik Solo, Batik Yogya, Batik Cirebon dan motif batik lainnya, motif batik Pekalongan merupakan salah satu motif yang paling diminati. Salah satu alasan yang membuat orang terpikat adalah corak motifnya yang khas dibandingkan dengan motif batik lainnya. Berikut ini beberapa motif khas Pekalongan yang bisa kita ketahui bersama :

1. Motif Batik Pekalongan -  Isen

Motif yang pertama dari batik pekalongan ini adalah motif isen. Nama Isen sendiri memiliki makna khusus sehingga dinamanakan demikian. Isen berasal dari kata isian. Sebuah kata yang mungkin tidak asing lagi di telinga Anda. Motif ini dinamakan isen atau isian karena memang pembuatannya menggunakan teknik pengisian berupa isen-isen yang berwujud titik-titik. Orang Jawa sering menyebutnya dengan istilah cecek-cecek. 

Untuk teknik pengisiannya sendiri dikenal dengan 2 jenis, yaitu titik yang berwujud garis dan titik sawut atau cacah gori. Meskipun sebenarnya hanya sebagai motif pelengkap, namun terkadang dijumpai isian cecek yang banyak dan membentuk motif utama. Motif batik ini merupakan salah satu motif yang paling diminati. Salah satu karya yang terkenal dari motif isen adalah batik tulis karya Oei Tjow Soen.
motif batik isen pekalongan

Isen berfungsi sebagai pengisi atau pelengkap ornamen. Berbentuk kecil dan sederhana misalnya berupa titik-titik. Isen yang masih berkembang sampai saat ini antara lain adalah cecek-cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, cecek sawut daun, herangan, sisik, gringsing, sawut, galaran, rambutan dan rawan, sirapan, cacah gori.

 2. Motif Batik Pekalongan - Motif Liong

Setelah motif Isen, kita lanjut ke motif Batik Pekalongan yang kedua, yaitu Motif Liong. Kalau Sobat mendengar istilah Liong, apa yang terbesit dari pikiran Sobat? Betul, kata Liong ini berasal dari bahasa Cina / Tionghoa. Sejalan dengan namanya, ternyata kalau kita lihat corak motifnya, memang mengadopsi corak budaya Tionghoa. Motif ini dinamakan Liong, karena motif yang ada di batik ini berwujud Liong, yang menurut bahasa China memiliki arti naga. 

Dalam mitologi Tionghoa, motif ini menyimbolkan adanya sumber kebaikan, kesuburan, dan kemakmuran. Sehingga diharapkan ketika tertuang di dalam batik, dan batik itu dijual dan digunakan. Akan mendatangkan kemakmuran yang melimpah ruah. 

Dari motif batik Liong, kita dapat menyimpulkan bahwa motif batik Pekalongan yang satu  ini merupakan perpaduan dua kebudayaan besar, yaitu Indonesia dan China. Memang jika kita kilas balik sejarah, dahulu bangsa China pernah datang ke Indonesia dan mewarnai kebudayaan di Indonesia, salah satunya batik. 

Motif Batik Liong Pekalongan

 

3. Motif Batik Pekalongan - Motif Jlamprang

Motif Batik Pekalongan selanjutnya  yaitu motif jlamprang. Motif jlamprang juga merupakan motif batik pekalongan yang dipengaruhi oleh budaya asing. Kalau pada motif Liong tadi banyak dipengaruhi oleh budaya Tionghoa, maka untuk motif batik yang satu ini sangat dipengaruhi oleh budaya Islam-Arab. 

Jika Sobat melihat dari corak motifnya, sangat jelas terlihat bahwa motifnya kental dengan Islam. Hal ini bisa terlihat dari tidak dijumpainya simbol manusia dan hewan di dalam motifnya. Kita ketahui bahwa, Islam melarang untuk menggambar makhluk hidup seperti manusia dan hewan. Hal inilah yang mungkin dahulu mendorong para pengrajin Batik Pekalongan untuk mengganti simbol makhluk hidup dengan bentuk-bentuk yang geometris, seperti yang bisa Sobat lihat saat ini.

Motif Batik Pekalongan - Jlamprang

Namun demikian, Dr. Kusnin Asa memiliki pendapat lain bahwa motif batik Jlamprang merupakan suatu bentuk motif yang kosmologis dengan mengedepankan satu pola ceplokan dalam bentuk lung-lungan juga bunga padma yang menunjukan sebuah makna mengenai peran dunia kosmis yang datang sejak agama Buddha dan Hindu berkembang di tanah Jawa. Pola ceplokan pada motif yang distilirasi ke dalam bentuk yang lebih dekoratif menunjukan bahwa corak tersebut merupakan peninggalan dari masa prasejarah yang selanjutnya menjadi warisan agama Hindu juga Buddha.

4. Motif Batik Pekalongan - Motif Sawat

Motif batik pekalongan selanjutnya yaitu Motif Sawat. Secara istilah sawat memiliki arti melempar. Ada beberapa alasan mengapa motif ini dinamakan sawat yang bermakna melempar. Salah satu alasannya adalah karena Orang Jawa pada zaman dahulu masih menaruh kepercayaan kepada para dewa, yang mengendalikan alam semesta. 

Salah satu dewa yang mereka agung-agungkan adalah Dewa Indra. Dewa ini memiliki senjata thathit atau kilat, yang penggunaannya dengan cara dilempar. Dari sinilah muncul istilah motif sawat, yang tidak lain merupakan penggambaran kepercayaan masyarakat Jawa pada zaman dahulu. Senjata dari Dewa Indra itu sendiri berbentuk menyerupai seekor ular bertaring tajam. Kalau kita lihat dari bentuk motif sawat seperti mengadopsi dari bentuk ini.

Motif Batik Pekalongan - Motif Sawat
 
Motif Sawat ini selain bisa ditemukan di Pekalongan, juga bisa ditemui di Solo. Dibandingkan dengan motif Batik Pekalongan lainnya, motif batik sawat merupakan motif yang paling laris di pasaran. Salah satu alasan yang membuat orang terpikat adalah kandungan makna filosofi di dalamnya. Secara filosofi motif sawat memiliki makna melindungi. Sebagian orang masih menaruh kepercayaan, dengan memakai batik dengan motif ini mereka akan terlindungi dari marabahaya. Bagaimana, unik bukan?


5. Motif Batik Pekalongan - Motif Semen

Motif batik Pekalongan terakhir yang akan kita bahas adalah Motif Semen. Berbeda dengan motif jlamprang yang tidak menggambarkan makhluk hidup di dalamnya, motif semen justru menonjolkan motif bergambar makhluk hidup. Pada motif ini akan dijumpai gambar hewan dan tumbuh-tumbuhan. Sama dengan motif-motif sebelumnya, motif ini pun juga mengandung filosofi di dalamnya yang lebih berisi 8 nasihat tentang kehidupan, yaitu Agnibrata, Bayubrata, Sasibrata, Dhanabrata, Yamabrata, Endabrata, Suryabrata dan Pasabrata. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, motif batik ini terinspirasi dari cerita Ramawijaya, yang merupakan tokoh utama dalam etos Ramayana.

Motif semen ini bisa dibilang sebagai Motif Batik Pekalongan Klasik. Motif ini hampir sama dengan motif klasik semen dari daerah Jawa Tengah yang lain, seperti Solo dan Yogyakarta. Di dalam motif semen terdapat ornamen berbentuk tumbuhan dan garuda/ sawat. Perbedaan antara batik Pekalongan dengan batik Solo/ Yogyakarta adalah pada batik Pekalongan klasik hampir tidak ada cecek. Pada batik Pekalongan klasik, semua pengisian motif berupa garis-garis.

Motif batik semen Pekalongan

Pada motif klasik Semen ini sendiri bisa terdiri dari beberapa motif, diantaranya :
  • Motif Garuda atau Sawat. Pola ini masih ada kemiripan dengan ragam hias yang ada di batik Solo maupun Yogyakarta yaitu terdiri dari dua sayap dan ekor atau bisa juga dua sayap saja atau satu sayap saja. Hanya saja pada batik Pekalongan unsur-unsur yang membentuk sawat ini sudah mengalami perubahan atau modifikasi bentuk, berupa penambahan ornament tumbuhan. Pola hias sawat dua sayap dan satu ekor serta sawat dengan dua sayap mempunyai bentuk seperti kelopak bunga. Sedangkan sawat dengan satu sayap bentuk lar (bulu) nya berbentuk seperti daun atau bunga. Demikian juga pada bagian ekor, di batik Solo dan Yogya, pola hias di bagian ekor ini menyerupai bulu ekor burung merak, sedangkan pada motif batik Pekalongan bagian ekor ini lebih menyerupai daun tersusun dan bulu pada sayap berbentuk seperti daun atau bunga.
  • Motif Tumbuhan. Berdasarkan bentuknya pola hias ini dapat dibedakan menjadi bentuk seperti bunga, cabang atau bagian tumbuhan dan bentuj pohon.
  • Motif Binatang. Bentuk binatang seperti kijang atau menjangan juga banyak dijumpai di motif batik Pekalongan, dengan kaki yang berbentuk daun daun kecil. Juga ada pola hias berbentuk binatang berkaki banyak dan berekor panjang. 
  • Motif Burung. Biasanya berupa burung phoenix, atau burung dewata yang berukuran kecil. Motif seperti ini biasanya banyak dikembangkan oleh pengusaha batik keturunan Cina.
  • Motif Naga. Motif batik naga atau ular bisa dilihat pada motif Cuwiri Pekalongan.
  • Motif Meru (gunung). Motif ini dirangkai dengan daun daun atau bagian tumbuhan.
Demikian Sobat Tradisi, Ragam Motif Batik Pekalongan yang bisa kita ketahui bersama. Sebagai generasi muda Indonesia, kita wajib mengetahui dan mempertahankan kekayaan budaya Indonesia berupa batik.

Semoga bermanfaat.

Referensi :
  • https://batik-tulis.com/blog/batik-pekalongan/
  • http://batik.or.id/definisi-batik-motif-sawat/
  • http://beningbatik.wixsite.com/batik/batik-pekalongan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel