Kitab Negarakertagama

Kitab Negarakertagama merupakan naskah jawa kuno yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Kitab Negarakertagama ini juga disebut  Kakawin Nagarakretagama (Nāgarakṛtâgama) (aksara Jawa: ꦏꦏꦮꦶꦤ꧀ ꦤꦴꦒꦫꦏ꧀ꦉꦠꦴꦒꦩ) , atau juga disebut dengan nama kakawin Desawarnana (Deśawarṇana) (aksara Jawa :ꦏꦏꦮꦶꦤ꧀ ꦢꦺꦯꦮꦂꦟ꧀ꦤꦤ).

Kakawin merupakan wacana puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa kuna atau dengan kata lain semua wacana puisi berbahasa Jawa kuna disebut dengan kakawin.


Kitab Negarakertagama ini sangat terkenal selain beberapa kitab lain diantaranya Rãmãyana, Bhãratayudha, Arjunawiwãha, Smaradahana, Sutasoma, Sumanasãntaka, Kuñjarakarna, Hariwangsa, Pãrthayajña, dan Siwarãtrikalpa.
Baca juga : 12 Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit

Sejarah Kitab Negarakertagama

Kitab Negarakertagama atau disebut juga dengan Kakawin Negarakertagama memiliki judul asli Desawarnana.

Kitab Negarakertagama ini ditulis oleh Mpu Prapanca dan hingga saat ini menjadi  sumber sejarah yang begitu dipercaya. Kitab negarakertagama ini ditulis pada masa kerajaan Majapahit masih berdiri di bawah pemerintahan Sri Rajasanagara atau dikenal juga dengan nama Hayam Wuruk.

Isi kitab Negarakertagama ini menceritakan tentang berbagai hal yang pada pokoknya mengenai raja dan keluarga kerajaan Majapahit, kota dan wilayah Majapahit, perjalanan keliling Lumajang dan silsilah raja mulai dari Kertarajasa Jayawardhana sampai Hayam Wuruk.

Kitab Negarakertagama yang ditulis tahun 1365 ini, pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1894 oleh J.L.A. Brandes, seorang ilmuwan Belanda yang mengiringi ekspedisi KNIL di Lombok. Ia menyelamatkan isi perpustakaan Raja Lombok di Cakranagara sebelum istana sang raja akan dibakar oleh tentara KNIL.

Arti Judul Kitab Negarakretagama

Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakertagama

Arti judul kitab Nagarakretagama ini adalah "Negara dengan Tradisi (Agama) yang suci". Nama Nagarakretagama itu sendiri tidak terdapat dalam kakawin Nagarakretagama. Pada pupuh 94/2, Prapanca menyebut ciptaannya Deçawarnana atau uraian tentang desa-desa. Namun, nama yang diberikan oleh pengarangnya tersebut terbukti telah dilupakan oleh umum. Kakawin itu hingga sekarang biasa disebut sebagai Nagarakretagama. Nama Nagarakretagama tercantum pada kolofon terbitan Dr. J.L.A. Brandes: Iti Nagarakretagama Samapta. Rupanya, nama Nagarakretagama adalah tambahan penyalin Arthapamasah pada bulan Kartika tahun saka 1662 (20 Oktober 1740 Masehi). Nagarakretagama disalin dengan huruf Bali di Kancana.

Penulis Kitab Negarakertagama

Naskah kitab Negarakertagama ini selesai ditulis pada bulan Aswina tahun Saka 1287 (September – Oktober 1365 Masehi).  Penulis Kitab Negarakretagama ini menggunakan nama samaran Prapanca yang sekarang kita kenal sebagai Empu Prapanca. Namun kemudian berdasarkan hasil analisis kesejarahan yang telah dilakukan, diketahui bahwa penulis naskah ini adalah Dang Acarya Nadendra

Dang Acarya Nadendra ini merupakan bekas pembesar urusan agama Buddha di istana Majapahit. Dia adalah putera dari seorang pejabat istana di Majapahit dengan pangkat jabatan Dharmadyaksa Kasogatan. Penulis naskah ini menyelesaikan naskah kakawin Negarakretagama diusia senja dalam pertapaan di lereng gunung di sebuah desa bernama Kamalasana. Hingga sekarang umumnya diketahui bahwa pujangga "Mpu Prapanca" adalah penulis Nagarakretagama.

Isi Kitab Negarakertagama


Seperti yang telah disampaikan diatas, bahwa isi kitab Negarakertagama ini antara lain tentang mengenai raja dan keluarga kerajaan Majapahit, kota dan wilayah Majapahit, perjalanan keliling Lumajang dan silsilah raja mulai dari Kertarajasa Jayawardhana sampai Hayam Wuruk dimana bagian terpenting teks ini tentu saja menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti.

Kitab Nagarakretagama ditulis dalam bentuk kakawin (syair) Jawa kuno. Tiap kakawin terdiri dari empat baris, disebut pada. Tiap barisnya terdiri dari delapan hingga 24 suku-kata, disebut matra. Naskah kakawin ini terdiri dari 98 pupuh, dibagi dalam dua bagian, yang masing-masing terdiri dari 49 pupuh. Tiap pupuh terdiri dari antara satu hingga sepuluh pada. Dilihat dari sudut isinya pembagian pupuh-pupuh ini sudah dilakukan dengan sangat rapi.

Bagian pertama 49 pupuh, dari pupuh 1 sampai 49, dengan rincian:


  • 7 pupuh tentang raja dan keluarganya (pupuh 1–7)
  • 9 pupuh tentang kota dan wilayah Majapahit (pupuh 8–16)
  • 23 pupuh tentang perjalanan keliling Lumajang (pupuh 17–39)
  • 10 pupuh tentang silsilah raja Majapahit dari Kertarajasa Jayawardhana sampai Hayam Wuruk (pupuh 40–44)
Bagian kedua 49 pupuh, dari pupuh 50 sampai 98, dengan rincian:

  • 10 pupuh tentang perjalanan Hayam Wuruk yang sedang berburu di hutan Nandawa (pupuh 50–59)
  • 23 pupuh tentang oleh-oleh dari pelbagai daerah yang dikunjungi, perhatian Raja Hayam Wuruk kepada leluhurnya berupa pesta srada, dan tentang berita kematian Patih Gajah Mada (pupuh 60–82)
  • 9 pupuh tentang upacara keagamaan berkala yang berulang kembali setiap tahun di Majapahit, yakni musyawarah, kirap, dan pesta tahunan (pupuh 83–91)
  • 7 pupuh tentang pujangga yang setia kepada raja (pupuh 92–98)

Kitab Negarakertagama atau Desawarnana ini berisi syair yang bersifat pujasastra, artinya karya sastra yang berisi mengagung-agungkan Raja Majapahit Hayam Wuruk, serta kewibawaan dari kerajaan Majapahit. Kitab ini disusun murni dari kehendak seorang pujangga Mpu Prapanca yang ingin mengajukan bhakti pada sang mahkota raja dan berharap sang raja membalas budi kepadanya.

Naskah kitab ini disusun oleh Mpu Prapanca setelah ia pensiun dengan mengundurkan diri dari istana kerajaan. Karena bersifat pujasastra, tentu hanya hal-hal yang baik saja yang dituliskan, hal-hal yang kurang membantu bagi kewibawaan Majapahit, walaupun mungkin hal itu diketahui Mpu Prapanca sang pujangga, dilewatkan begitu saja.

Terjemahan Asli Kitab Nagarakretagama atau Desawarnana

Pupuh 1 – Jagaddhita
Panjang: ---------------------------------- 23 feet

Oṃ nāthāya namostu te stutiniṅ atpada ri pada bhaṭāra nityaça,
Saŋ sūksmeŋ tlĕṅ iŋ samāḍi çiwa Budḍha sira sakala niṣkalātmakā,
Saŋ çrī parwwatanātha nāthaniṅ anātha sira ta patiniŋ jagatpati,
Saŋ hyaŋ niṅ hyaṅ inisty acintyaniṅ acintya hanā waya tmaḥnireŋ
[jagat.
Om! Sembah pujiku orang hina ke bawah telapak kaki pelindung jagat.
Siwa-Budha Janma-Bhatara senantiasa tenang tenggelam dalam samadi.
Sang Sri Prawatanata, pelindung para miskin, raja adiraja di dunia.
Dewa-Bhatara, lebih khayal dari yang khayal, tapi tampak di atas tanah.

Byapi byapaka sarwwatatwagata niguna sira nin apaksa wesnawa,
Rin yogicwara porusen kapila jambhala sakala siran / hyan ing dana,
Cri wagindra siran hyan in sakalacastra manasija siren smaragama,
Rin wighnotsarana prayoga yamaraja sira makapalan jagaddita.
Merata serta meresapi segala makhluq, nirguna bagi kaum Wisnawa.
Iswara bagi Yogi, Purusa bagi Kapila, Hartawan bagi Jambala.
Wagindra dalam segala ilmu, Dewa Asmara di dalam cinta berahi.
Dewa Yama di dalam menghilangkan penghalang dan menjamin damai dunia.

Nahan don in umastuti padanirahyun umiketa kate narecwara,
San cri natha ri wilwatikta haji rajasanagara wicesa bhupati,
Saksat / janma bhatara natha siran anhilanaken I kalankanin praja,
Hentyan bhumi jawatibhakti manukula tumuluy I tken digantara.
Begitulah pujian pujangga penggubah sejarah,
kepada Sri Nata Rajasanagara, Sri Nata Wilwatikta yang sedang memegang tampuk Negara
bagai titisan Dewa-Bhatara beliau menyapu duka rakyat semua.
Tunduk setia segenap bumi Jawa, bahkan malah seluruh Nusantara.

Rin caka rttu carena rakwa ri wijil / nrpati tlas inastwaken / prabhu,
An/ garbbhecwara natha rin kawuripan / wihaganiran amanusadbhuta,
Lindun bhumi ktug hudan hawu gerh kilat awiltan in nabhastala,
Guntur ttan hirmawan / ri kampud ananan kujana kuhaka mati.
[tanpagap.
Tahun Saka masa memanah surya (1256) beliau lahir untuk jadi narpati.
Selama dalam kandungan di Kahuripan, telah tampak tanda keluhuran
Gempa bumi, kepul asap, hujan abu, guruh halilintar menyambar-nyambar.
Gunung meletus, gemuruh membunuh durjana, penjahat musnah dari Negara.

Nahan / hinaniran bhatara girinatha sakala matmah prabhuttama,
Na lwir sadegirekanan sayawabhumi cawa tluk umungku I adara,
Wipra ksatriya waicya cudra catur acrama sama nipunen samahita,
Hentyan durijanan maryyabuddi kala kewala matakut I wiryya san
[prabhu.
Itulah tanda bahwa Bhatara Girinata menjelma bagai raja besar
terbukti selama bertahta, seluruh Jawa tunduk menadah perintah.
Wipra, ksatria, waisya, sudra, keempat kasta sempurna dalam pengabdian.
Durjana berhenti berbuat jahat, takut akan keberanian Sri Nata.

Pupuh 2 -  Sragdharā
Panjang: ---------------------------------------------------------------------------- 21 feet
Ndan / san cri rajapatni prakacita sira matamaha cri narendra,
San lwir pawak / bhatari paramabhagawati catranin rat / wicesa,
Utsahen yoga buddasmarana gineniran / ciwari wraddamundi,
Rin caka drsti saptaruna kalahaniran / mokta munsir kkabuddan.
Sang Sri Rajapatni yang ternama adalah nenekanda Sri Baginda.
Seperti titisan Parama Bagawati memayungi jagat raya.
Selaku Wikuni tua tekun berlatih yoga menyembah Budha.
Tahun Saka dresti saptaruna (1272) kembali beliau ke Budhaloka.

Ryyantuk/ cri rajapatni jibapada kawkas/ duhkitan rat byamoha,
Ryyadeg/ cri natha mungwin majhapahit umuluy/ tusta mangon
[kauhaktin
Ketika Sri Rajapatni pulang ke Jinapada, dunia berkabung.
Kembali girang bersembah bakti semenjak Baginda mendaki tahta.
Bagai rani di Jiwana resmi mewakili Sri Narendra-putera.

Pupuh 3 - Çārdūlawaikrīḍita
Panjang: ---------------------------------------------------------------------------- 19 feet
Tekwan bhakti siran makebu ri sira cri rajapatnicwari,
Satyanut/ brata paksa sogata masanskare dagan sang pjah,
Tan sah cri krtawarddanecwara pita de cri narendradipa,
Sedampatyapageh siren sugatamarggande sukhaning jagat.
Beliau bersembah bakti kepada ibunda Sri Rajapatni.
Setia mengikuti ajaran Budha, menyekar yang telah mangkat.
Ayahanda Baginda raja ialah Sri Kertawardana raja.
Keduanya teguh beriman Budha demi perdamaian praja.

Ndan/ cri bhupati san pita nrpati mungwing singhasary apageh,
Saksat/ hyang wawa ratnasambhawa siran mangeh pararttang ja.
[gat,      
Dirotsaha sire kadrddyanikanan rat/ satya bhaktye haji,
Lagyangegwani karyya sahana kadyaksatidakseng naya.
Ayahnya Sri Baginda raja bersemayam di Singasari.
Bagai Ratnasambawa menambah kesejahteraan bersama.
Teguh tawakal memajukan kemakmuran rakyat dan Negara.
Mahir mengemudikan perdata, bijak dalam segala kerja.

Pupuh 4 – Mahāmālikā
Panjang: ---------------------------------------------------------------------------- 18 feet
Muwah ibu haji sang narendranuja de hajing jiwana,
Prakacita haji rajadewi maharajasanindita,
Sira ta siniwi ring daha nopameng paring sadguna,
Samasa kalawan hajing jiwana lwir sudewyapalih.
Puteri Rajadewi Maharajasa, ternama rupawan. Bertahta di Daha,
cantik tak bertara, bersandar nam guna.
Adalah bibi Baginda, adik maharani di Jiwana.
Rani Daha dan Rani Jiwana bagai bidadari kembar.

Priya haji san umungwing wenker banun hyan upendranurun,
Nrpati wijaya rajasanopameng paramajnottama,
Samasama kalawan/ nrpati singhasaryyakapaksapa…
Sira wihikan ing thani yawat/ sabhumi jawa.
Laki sang rani Sri Wijayarajasa dari negeri Wengker.
Rupawan bagai titisan Upendra, masyhur bagai sarjana.
Setara raja Singasari, sama teguh di dalam agama.
Sangat masyuhrlah nama beliau di seluruh tanah Jawa.

Pupuh 5 - Praharṣinī
Panjang: ---------------------------------------------------------------------------- 13 feet
Wwaten tari haji ri wilwatikta rajni,
Sang mungwing lasem anuraga ring kahaywan,
Putri cri narapati ring daha prakaca,
Sang cri rajasa duhitendu dewyanindya.
Adinda Baginda raja di Wilwatikta.
Puteri jelita, bersemayam di Lasem.
Puteri jelita Daha, cantik ternama.
Indudewi puteri Wijayarajasa.

Ndan cri warddana duhitecwari pamunsu,
Rajni mungwing panjan anopameng raras rum,
Putri cri nrpati ri jiwana prakacya,
An/ saksat anuja tkapnirang narendra.
Dan lagi puteri bungsu Kertawardana.
Bertahta di Pajang, cantik tak bertara.
Puteri Sri Narapati Jiwana yang termasyhur.
Terkenal sebagai adinda Sri Baginda.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel