Tau Niulaya Nu Bau : Orang yang Dibawa oleh Ikan

Tau Niulaya Nu Bau : Orang yang Dibawa oleh Ikan | TradisiKita - Tau Niulaya Nu Bau merupakan cerita rakyat dari Provinsi Sulawesi Tengah. Cerita rakyat dari Provinsi Sulawesi Tengah ini menceritakan tentang seseorang yang mengalami penderitaan diakibatkan kejahatan sepupunya sendiri.

Akan tetapi setelah meminta pertolongan kepada Tuhan, maka datangnya sang penolong yang berupa ikan yang dapat berbicara.

Baik Sobat, pasti penasaran bukan dengan cerita rakyat Sulawesi Tengah ini secara lengkapnya? langsung saja mari kita simak Tau Niulaya Nu Bau : Orang yang Dibawa oleh Ikan.

Baca Juga

Tau Niulaya Nu Bau

Cerita Rakyat : Sulawesi Tengah

Tau Niulaya Nu Bau
Dahulu ada sebuah keluarga berdarah biru yang tinggal di desa Lolambi. Sepasang suami istri tersebut sudah lama menikah, tetapi belum juga dikaruniai seorang anak pun. Hampir setiap harimereka berdoa kepada yang maha kuasa agar segera diberikan keturunan. Tuhan yang maha mendengar telah mendengar permohonan mereka sehingga sang istri pun mengandung.

Setelah usia kandungannya genap Sembilan bulan, sang istri pun melahirkan seorang bayi laki-laki. Anaknya itu diberi nama Kasainta. Tetapi kebersamaan dengan ayahnya harus berakhir ketika kasainta baru berumur dua tahun. Kasainta kini menjadi anak yatim.

Ibu kasainta sangat terpukul atas kematian suaminya. Terlebih lagi ia tidak sanggup untuk mengelola kekayaan suaminya, sehingga ia pun mengajak anak laki-lakinya tinggal bersama dirumahnya. Kakaknya itu datang dengan membawa serta kedua anak laki-laki yang selisih umurnya lebih tua dibandingkan Kasainta.

Kasainta tumbuh menjadi anak yang manis, penurut dan baik hati. Berbeda dengan kakak-kakak sepupunya yang iri dan dengki terhadap kasainta. Setiap kali bermain dengan para sepupunya itu kasainta selalu diejek sebagai anak yang tidak berayah. Kasainta mengadukan ejekan-ejekan sepupunya itu kepada ibunya.

“ Bu, kakak-kakak selalu mengejekku sebagai anak yang tidak berayah”, kata kasainta kesal.

“ Sabar anakkku. Jangan kau hiraukan saudara-saudaramu itu”. Ujar ibunya dengan lembut.

Sehingga kasainta lebih suka bermain dengan kawan-kawan disekitar rumahnya ketimbang bermain dengan sepupunya. Lama kelamaan kasainta mengerti bahwa pamannya tinggal untuk sementara dirumahnya. Pamannya sendiri mempunyai rumah pribadinya di desa lain. Kasainta menanyakan perihal itu kepada ibunya. Ibunya menjelaskan bahwa rumah beserta harta peninggalan ayahnya akan diwariskan kepada kasainta saat dewasa kelak. Namun saat itu, pamannya lah yang mengurus peninggalan ayahnya.

Secara tidak sengaja, kedua sepupu itu mendengar percakapan kasainta dengan ibunya.  Kemudian niat jahat timbul dalam benak mereka. Bagaimana cara untuk menyingkirkan kasainta agar harta warisan itu jatuh ke tangan mereka berdua. Ketika malam, keduanya berunding untuk mencari cara menghabiskan nyawa kasainta.

Pada keesokan harinya, kedua sepupu itu mengajak kasainta untuk mengambil rotan dihutan. Kasainta agak sedikit enggan pergi ke hutan karena sangat bahaya dan dapat mengancam jiwa. Namun, ia segan untuk menolak ajakan sepupunya dan terpaksa menuruti kemauan mereka.

Berangkatlah mereka kehutan menggunakan sampan kecil. Ketiganya mengarungi lautan hingga berhari-hari sampai mereka tiba di pantai yang jaraknya tidak jauh dari hutan. Dipantai itu mereka mendirikan sebuah gubuk kecil. Setelah bermalam sehari digubuk itu, rencananya esok pagi mereka akan ke hutan mengambil rotan.

Kedua sepupu itu sengaja mengambil cukup banyak rotan dan membaginya menjadi empat ikatan. Mereka bersiasat untuk menyuruh kasainta untuk mengambil seikat rotan yang keempat sendirian, sementara mereka menunggu dipinggir pantai. Rupanya rencana mereka berjalan mulus. Ketika kasainta mengambil rotan terakhir yang ditinggal dihutan, kedua sepupu itu meninggalkan kasainta. Seluruh makanan dan parang telah diangkut ke atas perahu mereka. Mereka merasa senang membayangkan kasainta mati ditengah hutan yang mengerikan ditengah perut yang kelaparan.

Alangkah terkejutnya kasainta ketika ia tiba ditepi pantai dan tidak menemukan kedua sepupunya. Ia baru menyadari bahwa saat itu ia sedang dijebak. Kasainta sedih dan dalam kesedihannya itu ia berdoa kepada tuhan agar diberi pertolongan. Tidak lama kemudian ada dua ekor ikan yang mendekati kasainta.

“ wahai anak manusia ! mengapa engkau sendirian dipantai yang sunyi ini ?” Tanya Ikan Yu yang rupanya dapat berbicara.

“ aku telah ditinggal oleh kedua sepupuku”, kata kasainta sesenggukan.

“ jangan bersedih lagi, akan ku antarkankau ke desamu”, ujar Ikan Yu.

“ Lalu bagaimana caranya mengantarkanku menyebrangi lautan ini ? ”.
“ Naiklah ke punggungku, nanti temanku yang akan menjagamu dari gangguan ikan lainnya”.

Kemudian dengan diantar Ikan Yu, kasainta kembali pulang kerumah dengan selamat. Sebelum berpisah kasainta sempat bersumpah melarang keturunan-keturunannya memakan Ikan Yu dan sejenisnya. Bila melanggar, keturunannya itu akan mendapatklan kutukan.

Sementara dirumah, ibu kasainta dan pamannya sudah menunggu dengan cemas. Seudah berhari-hari anak mereka belum pulang. Ketika melihat kasainta pulang sendirian, ibunya menanyakan kemana sepupunya yang lain sehingga diceritakanlah kejadian yang sebenarnya bahwa kedua sepupunya berniat jahat menjebaknya dihutan.pamannya naik pitam mendengar perbuatan anaknya yang sangat licik.

Saat kedua sepupunya pulang, secara sengaja mereka menyembunyikan kasainta untuk membuktikan pernyataan kasainta. Pamannya pura-pura bertanya kepada kasainta. Lalu mereka mengatakan kasainta hilang ditengahhutan. Sewaktu kasainta dikeluarkan dari persembunyiannya. Maka malulah kedua sepupu itu. Ayah mereka sangat marah. Untunglah ada warga yang mencegah perbuatan ayahnya yang hampir membunuh kedua anak itu.

Sejak peristiwa kasainta ditolong oleh ikan Yu, maka warga setempat menjuluki kasainta dengan julukan “ Tau niulaya Nu Bau” yang berarti orang yang dibawa oleh ikan.

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel